METODE SEMIOTIK BUDAYA

 

METODOLOGI ILMU BUDAYA

METODE SEMIOTIK BUDAYA




 

RARA HASMIRNA DEWI

 

18017085

 

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020



PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Dalam perpektif semiotik, budaya (cara pandang) merupakan unsur petanda dalam penerjemahan. Semiotik dan hubungannya terhadap budaya sangat erat. Dalam hal ini kajian budaya tersebut dilihat dari tanda atau semiotik terhadap suatu hal. Pada semiotik strukturalis perannya sangatlah jelas dalam kajian budaya. Pada Pierce, semiotik lebih diarahkan pada pemahaman tentang bagaimana kognisi manusia memahami apa yang berada di sekitarnya, baik lingkungan sosial, alam, maupun jagat raya. Dalam lingkungan sosial yang berkaitan dengan budaya, semua kegiatan atau aktifitas merupakan sebuah tanda atau identitas mereka.

Seperti yang kita ketahui, kebudayaan merupakan sesuatu yang cakupannya sangat besar, dimulai dari lingkungan sosial, lingkungan alam, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh seseorang. Pada Morris, kita melihat adanya penggunaan semiotik untuk memahami kebudayaan manusia, sebagai teori tentang tingkah laku. Jika dalam suatu lingkungan terdapat benda–benda sebagai tanda mereka suatu kumpulan masyarakat, maka dapat disimpulkan kegiatan apa yang dilakukan sebagai masyarakat kebudayaan itu. Contohnya, jika di lingkungan ditemukan alat–alat bajak, cangkul, bibit padi, maka dapat kita lihat bahwa lingkungan tersebut adalah lingkungan pertanian atau perkebunan. Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah “pencari makna”, dimana setiap hal yang terjadi dalam kehidupan perlu untuk dipahami atau dimaknai dan biasanya sesuai dengan perjanjian bersama atau konvensi. Setiap hal khususnya di dalam kebudayaan selalu dipelajari oleh manusia dari lingkungan sehingga semuanya dapat dipahami dan dilakukan sebagaimana aturan–aturan dan kebiasaan– kebiasaan yang ada dalam lingkungan tersebut. Jadi di dalam suatu tanda mengandung pesan agar setiap peraturannya bisa dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

 

B.  Rumusan Masalah

1. Apa itu pendekatan semiotika budaya?

 

C.      Tujuan Penulisan

1.    Untuk mengetahui tentang pendekatan semiotika budaya

 

 

PEMBAHASAN

PENDEKATAN SEMIOTIKA BUDAYA

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda“ tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat di anggap mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sedereta luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) Tanda, (2) Acuan tanda, dan (3) Pengguna tanda. Semiotika adalah studi yang mengkaji tanda dalam kedidupan sosial: bagaimana tanda berkerja, diproduksi dan digunakan dalam masyarakat. Ferdinand de Saussure adalah orang yang pertama kali menyatakan akan adanya suatu ilmu, yaitu semiologi sebagai ilmu tentang kehidupan tanda dalam kehidupan sosial, (Saussure, 1967: 33.)

Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang semiotika. Tapi dalam artikel ini hanya dibahas tiga tokoh saja. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a.       Semiotika Charles Sander Peirce

Menurut Peirce semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tanda-tanda. Hal yang berlaku bagi tanda pada umumnya berlaku pula bagi tanda linguistik, tapi tidak sebaliknya. Menurut Peirce tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Dengan demikian sebenarnya Peirce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya (Agustina, 2017).

 

b.      Semiotika Ferdinand de Saussure

Semiologi menurut Saussure adalah kajian mengenai tanda dalam kehidupan sosial manusia, mencakup apa saja tanda tersebut dan hukum apa yang mengatur terbentuknya tanda. Hal ini menunjukkan bahwa tanda dan makna dibalik tanda terbentuk dalam kehidupan sosial dan terpengaruhi oleh sistem (atau hukum) yang berlaku di dalamnya.

Konsep semiotika atau semiologi dari Ferdinand de Saussure memiliki empat konsep, yaitu: Konsep pertama adalah signifiant dan signifie yang menurut Saussure merupakan komponen pembentuk tanda dan tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama lain. Konsep kedua adalah aspek dalam bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua yaitu langue dan parole. Konsep yang ketiga mengenai telaah bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua, yaitu synchronic dan diachronic. Konsep semiologi Saussure yang terakhir adalah konsep mengenai hubungan antar unsur yang dibagi menjadi syntagmatic dan associative atau paradigmatic.

 

c.       Semiotika Roland Barthes

Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Menurut Roland Barthes semiotik tidak hanya meneliti mengenai penanda dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan (Sobur, 2004: 123). Barthes mengaplikasikan semiologinya ini hampir dalam setiap bidang kehidupan, seperti mode busana, iklan, film, sastra dan fotografi. Semiologi Barthes mengacu pada Saussure dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan petanda, tidak hanya sampai disitu Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos.


PENUTUP

 

A.  Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda-tanda yang terdapat di dalam hidupnya. Dalam perpektif semiotik, budaya (cara pandang) merupakan unsur petanda dalam penerjemahan. Semiotik dan hubungannya terhadap budaya sangat erat. Dalam hal ini kajian budaya tersebut dilihat dari tanda atau semiotik terhadap suatu hal. Dari beberapa para ahli yang membahas tentang semiotik, di artikel ini hanya dibahas  3 tokoh saja, yaitu Charles Sander Peirce, Ferdinand de Saussure, dan Roland Barthes. Menurut Peirce, tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya. Menurut Saussure, bahwa tanda dan makna dibalik tanda terbentuk dalam kehidupan sosial dan terpengaruhi oleh sistem (atau hukum) yang berlaku di dalamnya. Dan terakhir menurut Roland, semiotik tidak hanya meneliti mengenai penanda dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan.

 

B.  Saran

Sebaiknya dengan adanya buku-buku sumber lain yang membahas mengenai materi ini, diharapkan Mahasiswa lebih giat lagi mencari buku-buku sumber lainnya agar pengetahuan dan wawasannya semakin meningkat, selain buku Mahasiswa juga bisa mencari sumber lain yang berbentuk online, seperti jurnal, skripsi dan lain-lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Barthes, R. 2007. Petualangan Semiologi. Yigyakarta: Pustaka Pelajar.

Agustina, Belia. 2017. "Analisis Semiotika Unsur-Unsur Kebudayaan Palembang Dalam  

Film Ada Surga di Rumahmu". Skripsi UIN Raden Fatah.

Deborairene. Memandang Fenomena Budaya dengan Kacamata Semiotik. Dipetik April 09, 2013, dari https://deborairene16.wordpress.com/2013/04/09/memandang-fenomena-budaya-dengan-kacamata-semiotik/

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LkiS Pelangi Aksara, 115.

Sanders Peirce, C. 1982. “Logic as Semiotics: The Theory of Sign”. Bloomington: Indiana Universty Press.

Saussure, F. d. 1996. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Subur, A. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Umay, A. A. Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

Wibowo, I. S. 2013. Aplikasi Praktis Bagi Penelitian. Semiotika Komunikasi , 7.

 

                                                                                                           

 

 

Komentar

Postingan Populer