Persimpangan Cinta di Antara Persahabatan
Persimpangan
Cinta di Antara Persahabatan
Kisah
ini adalah tentang dua jiwa yang bertemu di persimpangan dan menemukan cinta di
tengah-tengah kenangan yang terbentang di antara persahabatan mereka.
Kami
pertama kali bertemu di Sekolah Menengah Pertama. Kebetulan, saat kelas 7 kami
berada di kelas yang sama. Meskipun sekelas, komunikasi di antara kami sangat
terbatas, hanya untuk kebutuhan belajar saja. Namun, aku mulai kagum dengan
kepintarannya, terutama dalam bidang Matematika, pelajaran yang menurutku paling
sulit untuk ditaklukkan.
Setelah
lulus SMP, ternyata kami mendaftar di SMA yang sama, namun lagi-lagi tidak
sekelas. Mungkin karena sifat pendiam kami yang sama, membuat kami seolah-olah
menghindari interaksi yang lebih dalam. Kami tidak pernah menjadi teman dekat,
hanya kenalan biasa saja.
Ketika
SMA berakhir, kami melangkah ke jalur yang berbeda untuk pendidikan tinggi. Aku
di Universitas Negeri Padang, sedangkan dia di Politeknik Negeri Padang.
Disinilah awal mulanya cerita tentang kami. Persahabatan yang sesungguhnya
dimulai ketika aku bersama 6 teman lainnya membentuk grup WhatsApp dengan
tujuan bisa pulang pergi Pariaman - Padang melalui kereta api. Dia diundang
bergabung oleh salah satu temanku, yang ternyata sudah menjadi sahabatnya sejak
lama. Awalnya, kami semua merasa canggung, seperti dua penumpang di kereta yang
terjebak dalam ruang terbatas. Namun, perlahan-lahan, kehangatan mulai
menyelimuti pertemuan kami. Kami sering pergi bermain bersama, tertawa bersama,
sehingga menciptakan kenangan indah yang tidak terlupakan. Meski selalu
bersama, kami tidak pernah berpacaran, bahkan sama-sama belum pernah menjalin
hubungan dengan siapa pun.
Salah
satu kenangan yang membekas adalah saat kami mengadakan acara bakar jagung. Aku
dan dia diminta untuk membeli mie. Saat sudah sampai di depan warung, dia
memberhentikanku dan memintaku untuk menatap matanya. Aku menatapnya, namun
anehnya dia malah menghindar. Seolah ada suara di balik matanya yang berbisik
tentang sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan biasa.
Namun,
takdir mempermainkan kami dengan kejutan-kejutan yang tak terduga. Orang tua kami mulai berpikir tentang hubungan
yang lebih serius di antara kami. Awalnya, aku ragu, mengira ini hanya gurauan
semata, karena dia tidak pernah membicarakan hal tersebut. Sampai suatu ketika,
dia mulai mengirim pesan melalui WA yang mengajakku untuk menikah dengannya.
Awalnya aku kira hanya sebuah candaan, namun kalimat-kalimat berikutnya membuatku yakin bahwa dia benar-benar serius.
Pada
tanggal 25 Agustus 2024, dia mengajakku pergi ke Padang, tetapi tiba-tiba
rencana berubah dan kami malah menuju ke Bukit Gagoan yang berada di Solok.
Perjalanan itu terasa sedikit membosankan, karena hanya aku yang berusaha
menciptakan percakapan sedangkan dia lebih banyak diam. Ketika
sampai di sana, kami malah bercerita tentang hal random sambil mendengar
keluhanku tentang perjuangan mendaki yang menurutku sangat melelahkan. Ketika matahari mulai terbenam, aku mulai
merasa cemas dan mengajaknya untuk pulang karena hari sudah mulai gelap dan
ditambah dengan adanya petir. Tapi dia
malah diam saja, dia masih tiduran di rumput yang berada disampingku sedangkan
aku duduk menyampinginya.
Di perjalanan pulang,
kami saling bertukar cerita. Ternyata, selama kuliah, kami sama-sama menyimpan
perasaan tanpa pernah mengungkapkan, takut akan merusak persahabatan kami yang
telah lama terjalin. Uniknya, kami sering bercerita tentang orang-orang yang
pernah kami sukai, meski ternyata tujuan kami saat itu sama. Aku sengaja
membuatnya cemburu dengan menyebut nama seseorang, dan dia pun melakukan hal
yang sama. Semua itu menjadi bagian dari perjalanan kami hingga akhirnya
melangsungkan pertunangan pada tanggal 27 Oktober 2024. Kisah ini ditutup
dengan sahabat tapi menikah, dua hati yang awalnya terpisah kini bersatu dalam
sebuah ikatan abadi.
Komentar
Posting Komentar